Lonjakan Penerbangan ke Kamboja, Wamen P2MI Soroti Potensi Penipuan Online bagi WNI
LKI Golkar – Wakil Menteri Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (Wamen P2MI), Christina Aryani, mengungkap adanya tren peningkatan WNI yang bekerja di perusahaan di Kamboja yang diduga menjalankan penipuan daring atau online scam.
Temuan ini muncul dari informasi yang diterima pihaknya melalui otoritas Kamboja, terutama terkait aktivitas penerbangan dari Indonesia ke Kamboja yang mencurigakan.
“Kita juga baru menemukan ternyata ada flight Indonesia Air Asia, yang dalam satu minggu itu bisa 4-5 penerbangan ke Kamboja, dan ternyata sampai 70 persen terisi,” ujar Christina Aryani.
Christina menjelaskan, lonjakan penerbangan ini terbilang aneh mengingat Kamboja bukanlah destinasi wisata populer seperti Bali.
“Nah, ini kan kalau kita bilang, oh mungkin mereka tur ke sana, kayaknya tidak ya, karena Kamboja itu kan bukan destinasi wisata seperti Bali,” imbuhnya.
Pihak Kementerian P2MI berencana mendalami temuan ini, khususnya mengenai tingginya frekuensi dan kapasitas penerbangan ke Kamboja.
“Nah, kenapa banyak sekali orang Indonesia yang pergi ke Kamboja, sampai ada flight empat kali, nah ini temuan-temuan yang mungkin kita sebelumnya belum tahu ya, nah ini akan kita dalami,” jelas Christina.
Menurut Christina, tren ini sebenarnya sudah terdeteksi sejak September lalu ketika Duta Besar Kamboja menemui pemerintah Indonesia untuk menyampaikan peningkatan jumlah WNI yang bekerja di perusahaan terkait.
Menindaklanjuti laporan tersebut, Kementerian P2MI mengirim satu tim dari Direktur Siber P2MI untuk melakukan observasi langsung di Kamboja dan membuat laporan lengkap terkait temuan-temuan tersebut.
“Nanti setelah lengkap, laporan ini akan diberikan ke Pak Menteri dan mungkin Pak Menteri akan memanggil rapat ya dengan kementerian-kementerian terkait lainnya,” katanya.
Selain itu, Christina menyoroti adanya visa self-employment yang diterapkan di Kamboja. Menurutnya, jenis visa ini belum pernah ditemukan di negara lain dan menimbulkan sejumlah isu yang perlu ditangani lebih lanjut.
“Nah, ini kan sesuatu yang khusus Kamboja, saya belum pernah temukan di negara-negara lain, jadi banyak isu yang perlu ditangani lebih lanjut,” pungkasnya.
