Dito Ariotedjo Tegaskan Pentingnya Penguatan Ekosistem Olahraga Mahasiswa dan Sekolah Khusus Olahraga
LKI Golkar – Menteri Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia (Menpora RI) Dito Ariotedjo menegaskan komitmennya untuk memperkuat ekosistem pembinaan olahraga pendidikan nasional, khususnya di level mahasiswa dan sekolah khusus olahraga. Hal ini disampaikan dalam rapat koordinasi tingkat menteri yang dipimpin oleh Menko PMK Pratikno di Kantor Kemenpora, Jakarta, Rabu (6/8).
Menurut Dito, penguatan ekosistem ini akan menjadi salah satu agenda besar yang dipaparkan kepada Presiden Prabowo Subianto, khususnya terkait posisi Badan Pembinaan Olahraga Mahasiswa Indonesia (Bapomi) dan arah pengembangan Sekolah Khusus Olahraga.
“Terima kasih atas respon cepat dari Kemenko PMK. Agenda besar kita adalah memastikan keberlanjutan pembinaan olahraga mahasiswa dan sekolah khusus olahraga, sehingga ke depan kebijakan ini bisa diputuskan langsung oleh Bapak Presiden,” tegas Dito.
Fokus: Mahasiswa sebagai Pilar Atlet Nasional
Dito menekankan bahwa mayoritas atlet top Indonesia berada di usia 18–25 tahun, yang sebagian besar masih berstatus mahasiswa. Hal ini diperkuat oleh laporan Deputi Peningkatan Prestasi Olahraga Kemenpora, Surono, yang menyebut hampir 50 persen atlet Pelatnas SEA Games, Asian Games, dan Olimpiade adalah mahasiswa aktif.
“Perguruan tinggi merupakan pilar penting pembinaan. Namun saat ini pembinaan olahraga mahasiswa masih lemah, baik dari sisi kompetisi maupun manajemen. Padahal ajang seperti Liga Mahasiswa, POMNAS, ASEAN University Games, hingga Universiade sangat strategis,” jelas Surono.
Staf Khusus Menpora Bidang Prestasi dan Pengembangan Industri Olahraga, Ardima Rama, menambahkan bahwa kompetisi mahasiswa belum sepenuhnya terintegrasi dan perlu pembenahan agar menjadi jalur pembinaan yang berkelanjutan.
Dukungan Menko PMK: Integrasi Akademik dan Olahraga
Dalam rapat tersebut, Menko PMK Pratikno menekankan pentingnya integrasi olahraga ke dalam kurikulum akademik.
“Kalau aktivitas olahraga bisa direkognisi sebagai mata kuliah, itu akan mengurangi dilema mahasiswa antara kuliah dan olahraga,” ujar Pratikno.
Ia menambahkan pengalamannya saat menjadi dekan pada 1990-an, di mana penggabungan bidang akademik dan kemahasiswaan terbukti efektif mendukung prestasi mahasiswa tanpa mengganggu studi.
Enam Kesimpulan Rapat Koordinasi Kemenpora dan Menko PMK
Rapat koordinasi menghasilkan enam poin utama terkait penguatan pembinaan olahraga pendidikan nasional:
Rencana pemindahan Bapomi ke Kemenpora untuk integrasi pembinaan olahraga mahasiswa.
Sinkronisasi O2SN dengan POPNAS guna memperkuat jalur pembinaan atlet sejak sekolah.
Pengembangan Sekolah dan Kelas Khusus Olahraga sebagai pusat pembinaan atlet muda.
Peningkatan peran universitas dalam pembinaan olahraga melalui koordinasi Bapomi di perguruan tinggi.
Pembahasan isu besar lain, termasuk penyelenggaraan MotoGP.
Program Cek Kesehatan Gratis (CKG) yang dinilai berdampak luas bagi masyarakat.
Langkah Strategis ke Depan
Menpora Dito menegaskan bahwa enam kesimpulan rapat ini akan disiapkan sebagai bahan paparan kepada Presiden Prabowo untuk mendapat keputusan strategis.
“Dengan integrasi yang baik antara perguruan tinggi, sekolah khusus olahraga, dan pemerintah, kita optimistis ekosistem olahraga Indonesia akan semakin kuat dan berkelanjutan,” tutup Dito.
